Langsung ke konten utama

Selalu Jaga Hatiku, Tuhan ...

Selalu Jaga Hatiku, Tuhan...


Seringkali ada perasaan-perasaan yang mewarnai hari-hari. Ada kebahagiaan, sukacita, sedih, tertekan, tak dianggap, dll. Perasaa-perasaan itu sungguh manusiawi, ketika kita, manusia, merasakannya. Sungguh tak manusiawi jika kita tak pernah merasakan perasaa-perasaan itu. 


Bagaimana mengolah rasa adalah sebuah pembelajaran yang membuat diri kita belajar untuk berpikir, bertindak, dan menjadi dewasa. Benturan-benturan, permasalahan-permasalahan, perasaan tak diakui, caci maki, dan semua sikap yang mengarah kepada kita, menjadi faktor penting bagi kita untuk mengolah yang namanya rasa.


Dalam hening doa, komunikasi antara kita dan Sang Maha Pencipta. Menjadi sarana penting dan utama. Keyakinan bahwa Ia Sang Pemilik Hidup pasti akan menopang setiap langkah yang kita ambil. 

"Tuhan, jagalah hatiku, jagalah mulutku, jagalah pikiranku, jagalah perasaanku. Semoga semua berkenan pada-Mu."

Tiada yang indah, tiada yang lebih kuat, tiada yang lebih hebat.... Semua akan ada jika kita mau berpegang pada-Nya. 

Seringkali kita disuguhi berbagai macam tawaran yang memabukkan. Tampaknya indah, tampaknya enak dipandang mata, tampaknya akan banyak orang yang suka, tampaknya kita akan diterima, dan tampaknya-tampaknya yang lain. Keinginan-keinginan dunia yang 'tampaknya' seringkali menjerat kita untuk berbuat seperti yang pada 'tampaknya' dan mengingkari kuasa-Nya.


Tuhan sungguh tahu pasti apa yang kita perbuat. Selama masih ada di jalan-Nya. selama kita tak mengecewakan-Nya, selama masih ada dalam lingkaran kehendak-Nya pada kita. Kita tak akan pernah ditinggalkan.

"Tuhan, biarlah kehendak-Mu saja yang terjadi."

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Edisi Januari 2012

ROMANTISME Uhuy !!! Untuk hari ini, special buat yang special dehhhhh, gak papa kan sok romantis dikit, biar selalu terpupuk yang namanya "cinta" itu....hehehhehee, biar si cinta selalu senang dan bergembira karena selalu dibicarakan oleh manusia.... Namun, yang pasti, Si Pemilik Cinta sesungguhnyalah yang bahagia, karena Ia memberikan anugerah itu dengan cuma-cuma, seperti cinta-Nya pada manusia. Buat Lelakiku Coba aku menghitung setiap hari yang indah ini dengan hitungan sekon sejak jatuh cinta.karena sejak awal tak kusadari setiap detiknya, hanya memaknai rasa yang terpilin masuk ke kalbu hatiku.eh,tak ada yang aneh lagi 'kan?kita hanya sepasang manusia yang memaknai setiap jalan-Nya.semua yang kita rasa itu bagai jalinan benang yang akan kita bentuk menjadi kain berguna,kertas putih berwarna,juga rangkaian bunga indah di jambangan.ayo,kita teliti...walau kita berjalan sambil bertelanjang kaki,dan kerikil mencoba melukai,kita masih tegak berdiri sambil berge...

Belajar dari Mengamati

Belajar dari Mengamati Aku percaya bahwa setiap anak memiliki perkembangannya sendiri-sendiri. Tidak terkecuali My Kenzi.... Kebahagaiaan yang tak terkira setiap temukan bertambahnya akalnya. Tak disangkal juga, anak belajar dari mengamati. Hal itu yang sering terjadi pada Kenzi. 1. Setiap kali Kenzi menemukan bedaknya, Kenzi selalu menarik tangan orang yang di dekatnya agar membuka tangan dan seperti menumpahkan bedak ke telapak tangan kita. Kenzi akan tampak senang jika kemudian kita melakukan gerakan seperti orang membedaki wajahnya, kemudian ia akan ulangi lagi. Tampaknya Kenzi sering memperhatikan Bunuk dan Baton jika membedaki Kenzi...hmm. 2. Waktu rambut Bunuk agak panjang, Bunuk suka kuncit rambut Bunuk dengan ikat rambut berwarna biru milik Bunuk. Setiap kali Kenzi menemukan ikat rambut Bunuk, Kenzi akan pegang kepala Bunuk dan mulai mengacak-acak rambut seperti akan mengikatnya. Rupanya Kenzi suka memperhatikan Bunuk mengikat rambut...hmm 3. Nah, ini nich yang sed...

Rumahku "Mewah" alias Mepet Sawah

  Beda Suasana, Beda Rasanya Kami sekeluarga sekarang tinggal di sebuah desa perbatasan Bandarlampung-Lampung Selatan. Desa kami masih di lokasi Bandarlampung. Tepatnya di Way Kandis, Bandarlampung. Membahagiakan sekaligus mempersiapkan segalanya, mental dan material untuk kami siap tinggal di rumah kami. belajar berdikari, mengelola segalanya berdua, dan hidup sebagai sebuah keluarga kecil di suatu masyarakat sosial yang notabene masih keluarga muda. Rumah kami yang "mewah" alias mepet sawah, hahahahhahaha, menjadi rumah di mana kami berteduh dari panas dan hujan, tempat kami berbagi suka dan duka, tempat kami berbagi tawa dan kegembiraan, tempat kami mempersiapkan masa depan, tempat bernaung yang nyaman, insya Allah....  :)) Malam pertama kami tidur di rumah Way Kandis terasa agak aneh, karena ketika di Gunung Sulah lingkungan sosialnya ramai 24 jam. Tiba-tiba harus berhadapan dengan suasana desa dan perkampungan, yang pukul 6 sore suasana sudah sangat sepi. Hari it...