Menemukan sahabat bukanlah sesuatu yang mudah. Sangat sulit bahkan. Banyak menemukan teman yang senang saat kita bahagia, tetapi menemukan sosok yang hadir saat kita merasa gundah dan sedih bukanlah sesuatu yang mudah. Ada berbagai hal yang mempengaruhi itu. Karakter dan kepribadian setiap orang menjadi cerminan siapa sosok yang dekat dengan dia.
Menurutku, sosok sahabat semakin bertambahnya usia semakin bergeser. Di kala sekolah sampai di bangku perkuliahan, sosok sahabat kuanggap adalah teman-teman yang mengelilingi aku, yang bisa kongkow bareng, makan bareng saat dosen gak dateng. Sampai kemudian satu per satu kami menikah, bertemu pun jarang, sehingga sebuah pertemuan menjadi sesuatu yang sangat berharga.
Namun, merasa tidak? Permasalahan-permasalahan yang mungkin dialami oleh satu per satu kami tidak banyak teman dan sahabat (yang bisa kubilang) yang mengetahui permasalahan yang terjadi. Ada teman yang kemudian beranggapan bahwa teman dan sahabat tidak peduli, padahal si teman tidak tau apa yang sedang dia alami. Itulah mengapa, intensitas pertemuan bisa menjadi boomerang juga buat para sahabat. Di satu sisi mengumpulkan rindu, di sisi lain kita tak bisa berada di sisinya saat ia mengalami masalah.
Seperti yang kusampaikan di awal. Sosok sahabat maknanya menjadi bergeser. Buatku saat ini, sosok sahabat adalah pendampingku sekarang. Padanya aku banyak bercerita, padanya aku temukan kalimat penguatan, padanya juga aku bisa berbagi kebahagiaan dan sedih. Hampir tidak ada yang tertutup, semuanya ia tahu.
Menemukan sahabat, bahkan teman, bukan sesuatu yang mudah. Waktu biasanya membuktikan segalanya. Mana yang teman baik dan mana yang teman pura-pura. Usia dan kedewasaan menjadi bukti sejarah bahwa kita pernah melalui jenis model pertemanan yang unik.
Pernah berteman dengan seseorang yang tidak mengakui kita sebagai teman, apalagi sahabat. Padahal boleh dibilang aku termasuk pribadi yang tulus, tetapi tetap saja, I am nothing, hahahha. Pernah berteman yang senangnya memamerkan kekayaan yang ia miliki padahal ia termasuk pribadi yang menyedihkan. Kalau untuk sosok ini, aku masih memberikan pemakluman. Mengapa? Ceritanya menyedihkan, siapa sosoknya sekarang bukanlah kesalahannya sepenuhnya. Ia menyedihkan dan ia butuh teman, itu saja. Pernah berteman dengan pribadi yang hanya mencari keuntungan dari kita. Nah model yang begini sih lumayan banyak, mungkin aku sendiri pun seperti itu. Teman yang fake banget. Di depan kita seolah tak terjadi apa-apa, sedangkan di belakang kita menjelek-jelekkan kita. Hmm, banyak. Tipe teman bisa satu bahkan dua, bahkan lebih dari sosok karakter teman yang menurutku BIG NO banget untuk dijadikan teman.
Apapu, waktu akan berbicara, akan menjawab semuanya.... dan kita sebagai pribadi akan terus bertumbuh dan berubah. Harapanyya menjadi sosok pribadi yang lebih baik, dan terus belajar menjadi pribadi yang takut akan Tuhan.
Komentar
Posting Komentar