Langsung ke konten utama

Teman atau Sahabat???



Menemukan sahabat bukanlah sesuatu yang mudah. Sangat sulit bahkan. Banyak menemukan teman yang senang saat kita bahagia, tetapi menemukan sosok yang hadir saat kita merasa gundah dan sedih bukanlah sesuatu yang mudah. Ada berbagai hal yang mempengaruhi itu. Karakter dan kepribadian setiap orang menjadi cerminan siapa sosok yang dekat dengan dia.

Menurutku, sosok sahabat semakin bertambahnya usia semakin bergeser. Di kala sekolah sampai di bangku perkuliahan, sosok sahabat kuanggap adalah teman-teman yang mengelilingi aku, yang bisa kongkow bareng, makan bareng saat dosen gak dateng. Sampai kemudian satu per satu kami menikah, bertemu pun jarang, sehingga sebuah pertemuan menjadi sesuatu yang sangat berharga.

Namun, merasa tidak? Permasalahan-permasalahan yang mungkin dialami oleh satu per satu kami tidak banyak teman dan sahabat (yang bisa kubilang) yang mengetahui permasalahan yang terjadi. Ada teman yang kemudian beranggapan bahwa teman dan sahabat tidak peduli, padahal si teman tidak tau apa yang sedang dia alami. Itulah mengapa, intensitas pertemuan bisa menjadi boomerang juga buat para sahabat. Di satu sisi mengumpulkan rindu, di sisi lain kita tak bisa berada di sisinya saat ia mengalami masalah.

Seperti yang kusampaikan di awal. Sosok sahabat maknanya menjadi bergeser. Buatku saat ini, sosok sahabat adalah pendampingku sekarang. Padanya aku banyak bercerita, padanya aku temukan kalimat penguatan, padanya juga aku bisa berbagi kebahagiaan dan sedih. Hampir tidak ada yang tertutup, semuanya ia tahu.

Menemukan sahabat, bahkan teman, bukan sesuatu yang mudah. Waktu biasanya membuktikan segalanya. Mana yang teman baik dan mana yang teman pura-pura. Usia dan kedewasaan menjadi bukti sejarah bahwa kita pernah melalui jenis model pertemanan yang unik.

Pernah berteman dengan seseorang yang tidak mengakui kita sebagai teman, apalagi sahabat. Padahal boleh dibilang aku termasuk pribadi yang tulus, tetapi tetap saja, I am nothing, hahahha. Pernah berteman yang senangnya memamerkan kekayaan yang ia miliki padahal ia termasuk pribadi yang menyedihkan. Kalau untuk sosok ini, aku masih memberikan pemakluman. Mengapa? Ceritanya menyedihkan, siapa sosoknya sekarang bukanlah kesalahannya sepenuhnya. Ia menyedihkan dan ia butuh teman, itu saja. Pernah berteman dengan pribadi yang hanya mencari keuntungan dari kita. Nah model yang begini sih lumayan banyak, mungkin aku sendiri pun seperti itu. Teman yang fake banget. Di depan kita seolah tak terjadi apa-apa, sedangkan di belakang kita menjelek-jelekkan kita. Hmm, banyak. Tipe teman bisa satu bahkan dua, bahkan lebih dari sosok karakter teman yang menurutku BIG NO banget untuk dijadikan teman.

Apapu, waktu akan berbicara, akan menjawab semuanya.... dan kita sebagai pribadi akan terus bertumbuh dan berubah. Harapanyya menjadi sosok pribadi yang lebih baik, dan terus belajar menjadi pribadi yang takut akan Tuhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumahku "Mewah" alias Mepet Sawah

  Beda Suasana, Beda Rasanya Kami sekeluarga sekarang tinggal di sebuah desa perbatasan Bandarlampung-Lampung Selatan. Desa kami masih di lokasi Bandarlampung. Tepatnya di Way Kandis, Bandarlampung. Membahagiakan sekaligus mempersiapkan segalanya, mental dan material untuk kami siap tinggal di rumah kami. belajar berdikari, mengelola segalanya berdua, dan hidup sebagai sebuah keluarga kecil di suatu masyarakat sosial yang notabene masih keluarga muda. Rumah kami yang "mewah" alias mepet sawah, hahahahhahaha, menjadi rumah di mana kami berteduh dari panas dan hujan, tempat kami berbagi suka dan duka, tempat kami berbagi tawa dan kegembiraan, tempat kami mempersiapkan masa depan, tempat bernaung yang nyaman, insya Allah....  :)) Malam pertama kami tidur di rumah Way Kandis terasa agak aneh, karena ketika di Gunung Sulah lingkungan sosialnya ramai 24 jam. Tiba-tiba harus berhadapan dengan suasana desa dan perkampungan, yang pukul 6 sore suasana sudah sangat sepi. Hari it

"Ibu, aku sudah bisa duduk sendiri...."

 Postingan yang tertunda, nich... Senangnya Bunuk lihat Kenzi kemarin. Saat bersandar gaya putra duyung, tiba-tiba Kenzi bergerak ke depan dan langsung posisi duduk. Bunuk senang dan sengaja membiarkan Kenzi dalam posisi itu untuk beberapa waktu. Rupanya tidak berapa lama, Kenzi maish jatuh, hehehe,,, ga papa ya, sayang, kan sedang belajar.... Kemarin sore, Kenzi ke gereja. Di gereja, sikap Kenzi nice banget.... Saat datang di barisan akhir (karena kalau Bunuk pilih ke depan, takut Kenzi rewel. Kalau di belakang, Bunuk atau Baton kan bisa langsung bawa Kenzi keluar) Kenzi tampak tertawa senang, apalagi di belakang Kenzi ada anak kecil juga seusia Farrel (teman Kenzi di dekat rumah Mbah Kakung Gunung Sulah). Kenzi tunjukkan senyum mautnya, dan sesekali tunjukkan muka jeleknya...qiqiqi. Pulang dari gereja, Kenzi ikut mobil Mbah Aung Koga sama Mbah Uti dan Mamas Tama. Kenzi masih saja tunjukkan tawa bahagianya. Saat di gereja dan di mobil, maunya main terus sama Mamas. Belum sampai di r

Belajar dari Mengamati

Belajar dari Mengamati Aku percaya bahwa setiap anak memiliki perkembangannya sendiri-sendiri. Tidak terkecuali My Kenzi.... Kebahagaiaan yang tak terkira setiap temukan bertambahnya akalnya. Tak disangkal juga, anak belajar dari mengamati. Hal itu yang sering terjadi pada Kenzi. 1. Setiap kali Kenzi menemukan bedaknya, Kenzi selalu menarik tangan orang yang di dekatnya agar membuka tangan dan seperti menumpahkan bedak ke telapak tangan kita. Kenzi akan tampak senang jika kemudian kita melakukan gerakan seperti orang membedaki wajahnya, kemudian ia akan ulangi lagi. Tampaknya Kenzi sering memperhatikan Bunuk dan Baton jika membedaki Kenzi...hmm. 2. Waktu rambut Bunuk agak panjang, Bunuk suka kuncit rambut Bunuk dengan ikat rambut berwarna biru milik Bunuk. Setiap kali Kenzi menemukan ikat rambut Bunuk, Kenzi akan pegang kepala Bunuk dan mulai mengacak-acak rambut seperti akan mengikatnya. Rupanya Kenzi suka memperhatikan Bunuk mengikat rambut...hmm 3. Nah, ini nich yang sed