Langsung ke konten utama

Dongeng Sebelum Tidur

Hasan Suka Bola

Si Cungkring, itu biasa ia disebut. Namanya Hasan. Seorang anak yang berpostur jangkung dan kurus. Entah mengapa, padahal porsi makan Hasan banyak, tetapi tubuhnya tetap saja kurus.

Walau teman-teman biasa memanggil Hasan dengan sebutan Cungkring, tetapi Hasan tetap cuek saja. Ia bocah yang super percaya diri dan tidak pernah mempedulikan sebutan itu.

" Wah, Si Hasan, body mobil derek muatan truk!" ejek teman-temannya.

"Biar saja, walau cungkring tapi keren, " begitu ia biasa menyahut ejekan teman-temannya.

Suatu hari di sekolah, guru mengumumkan akan ada perlombaan menyambut hari Kemerdekaan. Beberapa tangkai lomba membutuhkan siswa-siswi yang punya kemampuan fisik yang baik. Beberapa teman Hasan sudah terpilih, tetapi nama Hasan tidak terdaftar.

Hasan tetap cuek, yang terpenting ia sekolah demi menggapai cita-citanya menjadi pemain basket terkenal dunia. Apalagi ia rajin berlatih di rumah dengan keranjang basketnya yang tak berjala dan bola basketnya yang sudah pudar warnanya.

Suatu hari, Pak Jono, guru olah raga, memanggil Hasan di ruang guru. Pak Jono menyampaikan niatnya untuk memasukkan Hasan  di tim sepak bola. Seketika Hasan garuk-garuk kepala.

"Saya Michael Jordan, Pak, bukan David Beckham," sahutnya
"Hasan, kamu punya postur tubuh yang tinggi, pastinya kau pun punya lari yang cepat," kata Pak Jono meyakinkan.

Sebenarnya Hasan tidak begitu suka sepak bola, ia tahu sedikit soal teknik permainannya. Dia hanya suka menonton, bukan untuk bermain. Ia malahan terinang terinspirasi dengan kecekatan dan kecepatan permainan bola basket Michael Jordan, sehingga yang akan ditemui di kamarnya adalah poster-poster bola basket dan Michael Jordan, tentunya.

"Baiklah, Pak, saya akan berusaha!" kata Hasan dengan yakin dan disambut senyuman Pak Jono.

Hari perlombaan pun tiba, Jono sudah mempersiapkan diri sebaik mungkin. Tak hanya latihan fisik, tetapi ia juga banyak menonton dan membaca literatur tentang teknik-teknik bermain bola. Majalah-majalah atau koran-koran bola banyak ia pinjam dari Rudi, teman yang sering beradu argumen tentang keanehan Hasan yang tidak menyukai bola.

Keringat Hasan tampak bercucuran. Teman-teman dan gurunya memberi semangat lewat kursi penonton. Hasan yang percaya diri tampak gerogi tapi kemudian ia meyakinkan diri bahwa ia bisa dan mampu.

Saat permainan berlangsung, yang disambut dengan sorak sorai penonton, Hasan menerima bola dari Toni. Teknik menerima bola ia contoh dari pemain bola Lionel Messi. Ia giring bola menuju ke arah gawang. Gawang sudah dekat di depan matanya. Pemain lawan tampak kuwalahan tidak mampu mengejar.

Dengan sekuat tenaga, ia menendang bola sekeras-kerasnya. Tampak penjaga gawang lawan limbung menerima bola dari Hasan. Bola tepat mengenai kepala penjaga gawang. Seketika bola masuk ke dalam gawang yang disambut dengan tepukan puas para pendukung Hasan dan kawan-kawan. Selang beberapa detik pertandingan usai.

"Wah, kamu hebat, Hasan!" kata teman-teman sambil menjabat tangannya. Hasan hanya tersenyum. Ia masih belum percaya bahwa ia sudah menggiring bola sampai memasukannya ke dalam gawang lawan. Wow, keren!

Setelah peristiwa kemenangan itu, Hasan menjadi terkenal. Namun, gayanya tidak berubah. Ia masih seperti Hasan yang dulu. Ia pun tetap menyukai bola basket dan bercita-cita menjadi seorang pemain basket kelas dunia.

Bandarlampung, 5 Februari 2013 ( 6A classroom)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Edisi Januari 2012

ROMANTISME Uhuy !!! Untuk hari ini, special buat yang special dehhhhh, gak papa kan sok romantis dikit, biar selalu terpupuk yang namanya "cinta" itu....hehehhehee, biar si cinta selalu senang dan bergembira karena selalu dibicarakan oleh manusia.... Namun, yang pasti, Si Pemilik Cinta sesungguhnyalah yang bahagia, karena Ia memberikan anugerah itu dengan cuma-cuma, seperti cinta-Nya pada manusia. Buat Lelakiku Coba aku menghitung setiap hari yang indah ini dengan hitungan sekon sejak jatuh cinta.karena sejak awal tak kusadari setiap detiknya, hanya memaknai rasa yang terpilin masuk ke kalbu hatiku.eh,tak ada yang aneh lagi 'kan?kita hanya sepasang manusia yang memaknai setiap jalan-Nya.semua yang kita rasa itu bagai jalinan benang yang akan kita bentuk menjadi kain berguna,kertas putih berwarna,juga rangkaian bunga indah di jambangan.ayo,kita teliti...walau kita berjalan sambil bertelanjang kaki,dan kerikil mencoba melukai,kita masih tegak berdiri sambil berge...

Belajar dari Mengamati

Belajar dari Mengamati Aku percaya bahwa setiap anak memiliki perkembangannya sendiri-sendiri. Tidak terkecuali My Kenzi.... Kebahagaiaan yang tak terkira setiap temukan bertambahnya akalnya. Tak disangkal juga, anak belajar dari mengamati. Hal itu yang sering terjadi pada Kenzi. 1. Setiap kali Kenzi menemukan bedaknya, Kenzi selalu menarik tangan orang yang di dekatnya agar membuka tangan dan seperti menumpahkan bedak ke telapak tangan kita. Kenzi akan tampak senang jika kemudian kita melakukan gerakan seperti orang membedaki wajahnya, kemudian ia akan ulangi lagi. Tampaknya Kenzi sering memperhatikan Bunuk dan Baton jika membedaki Kenzi...hmm. 2. Waktu rambut Bunuk agak panjang, Bunuk suka kuncit rambut Bunuk dengan ikat rambut berwarna biru milik Bunuk. Setiap kali Kenzi menemukan ikat rambut Bunuk, Kenzi akan pegang kepala Bunuk dan mulai mengacak-acak rambut seperti akan mengikatnya. Rupanya Kenzi suka memperhatikan Bunuk mengikat rambut...hmm 3. Nah, ini nich yang sed...

Rumahku "Mewah" alias Mepet Sawah

  Beda Suasana, Beda Rasanya Kami sekeluarga sekarang tinggal di sebuah desa perbatasan Bandarlampung-Lampung Selatan. Desa kami masih di lokasi Bandarlampung. Tepatnya di Way Kandis, Bandarlampung. Membahagiakan sekaligus mempersiapkan segalanya, mental dan material untuk kami siap tinggal di rumah kami. belajar berdikari, mengelola segalanya berdua, dan hidup sebagai sebuah keluarga kecil di suatu masyarakat sosial yang notabene masih keluarga muda. Rumah kami yang "mewah" alias mepet sawah, hahahahhahaha, menjadi rumah di mana kami berteduh dari panas dan hujan, tempat kami berbagi suka dan duka, tempat kami berbagi tawa dan kegembiraan, tempat kami mempersiapkan masa depan, tempat bernaung yang nyaman, insya Allah....  :)) Malam pertama kami tidur di rumah Way Kandis terasa agak aneh, karena ketika di Gunung Sulah lingkungan sosialnya ramai 24 jam. Tiba-tiba harus berhadapan dengan suasana desa dan perkampungan, yang pukul 6 sore suasana sudah sangat sepi. Hari it...