Beda Suasana, Beda Rasanya
Kami sekeluarga sekarang tinggal di sebuah desa perbatasan Bandarlampung-Lampung Selatan. Desa kami masih di lokasi Bandarlampung. Tepatnya di Way Kandis, Bandarlampung.
Membahagiakan sekaligus mempersiapkan segalanya, mental dan material untuk kami siap tinggal di rumah kami. belajar berdikari, mengelola segalanya berdua, dan hidup sebagai sebuah keluarga kecil di suatu masyarakat sosial yang notabene masih keluarga muda.
Rumah kami yang "mewah" alias mepet sawah, hahahahhahaha, menjadi rumah di mana kami berteduh dari panas dan hujan, tempat kami berbagi suka dan duka, tempat kami berbagi tawa dan kegembiraan, tempat kami mempersiapkan masa depan, tempat bernaung yang nyaman, insya Allah.... :))
Malam pertama kami tidur di rumah Way Kandis terasa agak aneh, karena ketika di Gunung Sulah lingkungan sosialnya ramai 24 jam. Tiba-tiba harus berhadapan dengan suasana desa dan perkampungan, yang pukul 6 sore suasana sudah sangat sepi. Hari itu kebetulan habis hujan. Mata tidak bisa terpejam, salah satu alasannya adalah suara-suara aneh yang terdengar di belakang rumah. Bukan hantu ataupun perampok, melainkan suara kodok yang bernyanyi layaknya paduan suara. Menyenangkan. Karena kami sebelumnya belum pernah menjumpai suasana seperti ini.
Ketika pagi tiba, hal yang paling menyenangkan adalah membuka pintu dapur dan menikmati kesegaran udara dan keindahan sawah di belakang rumah. Sehingga karena itulah, Bapak Anton merencanakan untuk membuat gubuk sederhana di belakang rumah sebagai tempat untuk berkumpul dan menikmati hari jika ada keluarga atau kerabat yang datang, atau jika kami sekeluarga ingin mengobrol ngalor-ngidul.
Bukan rumah yang indah ataupun megah tetapi rumah yang diisi dengan cinta dan kasih sayang akan terasa nyaman dan hangat. Bukan siapa-siapa yang membentuknya, melainkan penghuni itu sendiri.
Puji Tuhan, Natal 2012 kami bisa merayakan Natal di rumah Way Kandis. Hari Natal pertama pagi kami tidak menemui satu tamu pun. Maklu, masih beberapa hari tinggal di Way Kandis. Beranjak sore, para tetangga di dekat rumah berdatangan. Oya, Puji Tuhan, kami diberi tetangga-tetangga yang baik. Bahkan, kue-kue yang terhidang selama Natal itu buatan tetangga samping rumah. Beliau tahu Bunuk sibuk dan baru bisa libur mepet Natal, maka Tante (biasa kami memanggil), menawarkan diri untuk membuatkan, Bunuk hanya menyediakan bahan-bahan buat kue saja. Alhasil, kue Natalnya banyak dan enak-enak. Tengkyu, Tante.... :))
Ya begitulah, permirsahhhh, tetangga itu adalah saudara kita yang paling dekat. So, jagalah tetangga kita dengan hati-hati, jangan sampai pecah dan terluka hatinya. Wah, sudah berat nih bahasanya. Ganti topik!
Kami sekeluarga sekarang tinggal di sebuah desa perbatasan Bandarlampung-Lampung Selatan. Desa kami masih di lokasi Bandarlampung. Tepatnya di Way Kandis, Bandarlampung.
Membahagiakan sekaligus mempersiapkan segalanya, mental dan material untuk kami siap tinggal di rumah kami. belajar berdikari, mengelola segalanya berdua, dan hidup sebagai sebuah keluarga kecil di suatu masyarakat sosial yang notabene masih keluarga muda.
Rumah kami yang "mewah" alias mepet sawah, hahahahhahaha, menjadi rumah di mana kami berteduh dari panas dan hujan, tempat kami berbagi suka dan duka, tempat kami berbagi tawa dan kegembiraan, tempat kami mempersiapkan masa depan, tempat bernaung yang nyaman, insya Allah.... :))
Malam pertama kami tidur di rumah Way Kandis terasa agak aneh, karena ketika di Gunung Sulah lingkungan sosialnya ramai 24 jam. Tiba-tiba harus berhadapan dengan suasana desa dan perkampungan, yang pukul 6 sore suasana sudah sangat sepi. Hari itu kebetulan habis hujan. Mata tidak bisa terpejam, salah satu alasannya adalah suara-suara aneh yang terdengar di belakang rumah. Bukan hantu ataupun perampok, melainkan suara kodok yang bernyanyi layaknya paduan suara. Menyenangkan. Karena kami sebelumnya belum pernah menjumpai suasana seperti ini.
Gubuk Asmara di belakang rumah |
Ketika pagi tiba, hal yang paling menyenangkan adalah membuka pintu dapur dan menikmati kesegaran udara dan keindahan sawah di belakang rumah. Sehingga karena itulah, Bapak Anton merencanakan untuk membuat gubuk sederhana di belakang rumah sebagai tempat untuk berkumpul dan menikmati hari jika ada keluarga atau kerabat yang datang, atau jika kami sekeluarga ingin mengobrol ngalor-ngidul.
Bukan rumah yang indah ataupun megah tetapi rumah yang diisi dengan cinta dan kasih sayang akan terasa nyaman dan hangat. Bukan siapa-siapa yang membentuknya, melainkan penghuni itu sendiri.
Natal 2012 |
Ya begitulah, permirsahhhh, tetangga itu adalah saudara kita yang paling dekat. So, jagalah tetangga kita dengan hati-hati, jangan sampai pecah dan terluka hatinya. Wah, sudah berat nih bahasanya. Ganti topik!
Mas Anton, Mba Menuk dan mas Kenzi....selamat atas rumah barunya ya. Semoga berkah dan senantiasa dijadikan sebagai surga oleh Tuhan, tempat jiwa meraih damai^^ amin....
BalasHapusHmmm...do'ain ya, biar kami juga bisa mewujudkan mimpi kami akan rumah idaman kami;)
Iiihhh, ga sabar pengen berkunjung kerumahnya Mas Kenzi, boleh ya nginep;)
Terima kasih Tante Ai, amin. Kami menunggu kehadiranmu, pintu akan selalu terbuka untuk Tante Ai sekeluarga. Tentu saja boleh nginep, hahayyyy.... :D
HapusAmin, semoga Oom Nuki dan Tante Ai dapat mewujudkan rumah impiannya...menjadi tempat yang nyaman, kebahagiaan, dan surga bagi penghuninya,,,,
Hapus