Fermita Berkali-kali ia teriak tanpa tahu maksudnya. Mencoba mencabik dan membuang apa saja yang ada di dekatnya. Tak ada satu pun orang yang bisa membuatnya tenang. Tatapannya kosong. Tangannya sudah berdarah karena ia memungut pecahan gelas yang baru saja dibantingnya untuk ia lemparkan lagi ke arah orang-orang yang mengerubunginya. Sebagian orang yang melihatnya menganggap itu pasti sesuatu yang mengerikan, bahkan mungkin kasihan, atau sesuatu hal yang tidak tega untuk jadi bahan tontonan. Namun, bagi Pepetto, itu masalah yang mesti dituntaskan. Fermita, nama gadis yang teriak-teriak dan membuat kegaduhan kemarin, saat ini sudah tampak tenang. Ia sudah bisa memasukkan makanan dan minuman ke dalam mulutnya. Tatapannya sudah tampak bercahaya. Ia tak banyak bicara, kemungkinan ia tahu apa yang kemarin baru saja terjadi. "Hmmm, nama saya Fermita..." sahutnya pelan dan membuat perhatian Pepetto mengarah kepadanya. Pepetto mendekat. Tampak kelegaan di wajahnya. I
semua tanpa rencana yang menyatukan aku dan kamu... segalanya adalah kehendak-Nya.tak lain dan tak bukan. semoga 'kan selalu dalam lingkaran kasih-Nya dan selalu dalam jangkauan tangan-Nya untuk melindungi keluarga kecil kita.